Sunday, January 29, 2012

Wanita Yang Selalu Berbicara Dengan Al Quran . . .




Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala : Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah saw. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.
Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Abdullah : “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.” Wanita tua : “Salaamun qoulan min robbi rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (“Salam sebagai ucapan dari Tuhan maha kasih”)
Abdullah : “Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?”
Wanita tua : “Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu.” (QS : Al-A’raf : 186 ) (“Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya”)
Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.
Abdullah : “Kemana anda hendak pergi?” Wanita tua : “Subhanalladzi asra bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa.” (QS. Al-Isra’ : 1) (“Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa”)
Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.
Abdullah : “Sudah berapa lama anda berada di sini?” Wanita tua : “Tsalatsa layaalin sawiyya” (QS. Maryam : 10) (“Selama tiga malam dalam keadaan sehat”)
Abdullah : “Apa yang anda makan selama dalam perjalanan?”
Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa yasqiin.” (QS. As-syu’ara’ : 79) (“Dialah pemberi aku makan dan minum”)
Abdullah : “Dengan apa anda melakukan wudhu?” Wanita tua : “Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu sha’idan thoyyiban” (QS. Al-Maidah : 6) (“Bila tidak ada air bertayamum dengan tanah yang bersih”)
Abdulah : “Saya mempunyai sedikit makanan, apakah anda mau menikmatinya?”
Wanita tua : “Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-Baqarah : 187) (“Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam”)
Abdullah : “Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa?”
Wanita tua : “Wa man tathawwa’a khairon fa innallaaha syaakirun ‘aliim.” (QS. Al-Baqarah : 158) (“Barang siapa melakukan sunnah lebih baik”)
Abdullah : “Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?”
Wanita tua : “Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah : 184) (“Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui”)
Abdullah : “Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?”
Wanita tua : “Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun ‘atiid.” (QS. Qaf : 18) (“Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid”)
Abdullah : “Anda termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?”
Wanita tua : “Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam’a wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana ‘anhu mas’ula.” (QS. Al-Isra’ : 36) (“Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan”)
Abdullah : “Saya telah berbuat salah, maafkan saya.”
Wanita tua : “Laa tastriiba ‘alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum.” (QS.Yusuf : 92) (“Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)
Abdullah : “Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan.”
Wanita tua : “Wa maa taf’alu min khoirin ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197) (“Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya”)





Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata :”Qul lil mu’miniina yaghdudhu min abshoorihim.” (QS. An-Nur : 30) (“Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka”)
Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita itu berucap :
“Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum.” (QS. Asy-Syura’ 30) (“Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri”)
Abdullah : “Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya terlebih dahulu.”
Wanita tua : “Fa fahhamnaaha sulaiman.” (QS. Anbiya’ 79) (“Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi Sulaiman”)
Selesai mengikat unta itu sayapun mempersilakan wanita tua itu naik.
Abdullah : “Silakan naik sekarang.”
Wanita tua : “Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (“Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan kami”)
Sayapun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita itu berkata :
“Waqshid fi masyika waghdud min shoutik” (QS. Lukman : 19) (“Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu”)
Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap :
“Faqraa-u maa tayassara minal qur’aan” (QS. Al- Muzammil : 20) (“Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur’an”)
Abdullah : “Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak.”
Wanita tua : “Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab.” (QS Al-Baqoroh : 269) (“Dan tidaklah mengingat Allah itu kecuali orang yang berilmu”)
Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya : “Apakah anda mempunyai suami?”
Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an asy ya-a in tubda lakum tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101) (“Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu”)
Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya : “Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?”
Wanita tua : “Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46) (“Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia”)
Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.
Abdullah : “Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?”
Wanita tua : “Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (“Dengan tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk”)
Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.
Abdullah : “Adakah orang yang akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?”
Wanita tua : “Wattakhodzallahu ibrohima khalilan” (QS. An-Nisa’ : 125) (“Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang dikasihi”)
“Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146) (“Dan Allah berkata-kata kepada Musa”)
“Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam : 12) (“Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)
Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.
Wanita tua : “Fab’atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho’aaman fal ya’tikum bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19) (“Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa makanan itu untukmu”)
Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata :”Kuluu wasyrobuu hanii’an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al-Haqqah : 24) (“Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu”)
Abdullah : “Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.”
Ketiga anak muda ini secara serempak berkata : “Beliau adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an, karena kuatir salah bicara.”
Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap : “Fadhluhu yu’tihi man yasyaa’ Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS. Al-Hadid : 21) (“Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah pemberi karunia yang besar”)
[Diambil dari kitab Misi Suci Para Sufi, Sayyid Abubakar bin Muhammad Syatha, hal. 161-168]


:: akhwatmuslimah.com ::




Wednesday, January 25, 2012

S.A.B.A.R






memang benar, apa yang kita inginkan di dunia ini tidak mudah untuk kita gapai kecuali dengan izin ALLAH . . . ALLAH tidak pernah mengecewakan hambaNya, Dia juga tidak membebankan manusia dengan bebanan yng tidak mampu digagahi . . . betapa ALLAH itu Maha Pengasih . . . bila kita jatuh, Dia ada memimpin kita . . . bila kita sakit, Dia ada untuk menghapuskan dosa kita . . . bila kita diduga, Dia sentiasa ada kerana setiap ujian itu adalah untuk menguji kesabaran manusia . . . maka, bersabarlah atas apa jua dugaan yang menimpa kerana Allah sentiasa bersama orang orang yang sabar . . . 


cakap senang, tapi hendak melakukannya, susah bukan? bila kita berada dalam sesuatu kesusahan, baru kita faham apa itu KESUSAHAN yang sebenar . . . tetapi, bila melihat orang lain berada dalam kesusahan, kenapa sukar kita menghulurkan tangan, malah hanya DOA sahaja kita tidak mampu hulurkan . . . na'uzubillah . . . . ingatlah, hidup seperti putaran roda . . . kadang-kadang, kita di atas, kadang-kadang kita di bawah . . . bila kita di atas, kita hanya tersenyum melihat yang di bawah . . . bila kita di bawah, kita tertanya-tanya mengapa bukan kita yang di atas . . . 


sudah menjadi kebiasaan , manusia sukar bersyukur walaupun ia tahu takdir itu tidak pernah salah . . . yang salah itu manusia sendiri kerana manusia tidak pernah bersyukur . . . andai sakit, tidak salah untuk mengucapkan Alhamdulillah kerana ketika kita sakit itulah ALLAH menghapuskan dosa kita . . . tetapi, kita lebih memilih untuk mengeluh kesakitan daripada bersyukur kerana masih diberikan peluang untuk hidup mengejar redha Ilahi . . . 


sesungguhnya, yang baik itu datang dari Allah . . . yang buruk datang dari manusia, ingat mengingatlah antara kamu, jika hanya menunggu insan sempurna menegur kita, sampai bila . . . 


peringatan untuk diri sendiri dan muslimin muslimat sekalian . . . :)


wallahu'alam . .



Dia lah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) - untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Dia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat) – al-Mulk (67) : 2





Friday, January 20, 2012

ManuSia suKa menCari PenyaKit C.I.N.T.A



sakitkah mencintai?? sakitkah dicintai oleh insan yang tak mencintai sepertimana kita mencintainya?? andai hati hanya mencintai ALLAH, tak akan mudah kita sakit oleh cinta dunia... tenanglah hati dengan hanya mencintai ALLAH... maka, tipulah kalau kita kata cinta itu menyakitkan.. sebab manusia itu sendiri yang mencari penyakit.... :)






" ya Allah, aku mohon petunjukMu, aku tak pernah jemu beristikharah, namun kali ini aku jua tak mengerti, apakah benar dialah yang ditakdirkan untukku, sebelum ini hatiku berkata tidak pada insan yang pernah hadir dalam hidupku namun mengapa bila dia hadir aku sukar membuang dia dari hatiku, aku senang tika dia menyapa walau tak bersua, hanya petunjuk dariMu mampu mendamaikan hati ini... "





" ya ALLAH, saat dia berbicara tentang yang lain, tentang insan lain, hanya Kau yang tahu rasa di hati ini namun aku tetap tersenyum mendoakannya.. ya ALLAH, bahagiakan lah hati kami, jika kami bukan ditakdirkan untuk bersama, maka pisahkanlah hati kami.. aku hanya ingin menagih cinta Mu.. biar cinta pada manusia ini lenyap dari hati.. kerana sesungguhnya aku ingin cinta yang abadi, iaitu cinta Ilahi.. biarpun aku terluka, aku tak menyalahkan CINTA, kerana aku sendiri yang mengejar CINTA, wajarlah aku yang merana.. memang fitrah manusia dianugerahkan perasaan ini, namun andai ia baik bagiku, bukalah jalan yang luas bagi kami, ya ALLAH... kerana itu yang aku dambakan, petunjuk dariMu, hapuskan perasaan ini meskipun ia payah buatku..."
" Menyintai datang dari mata, sedangkan menyintai datang dari hati, jika hati ingin berhenti dari menyintai, maka tutuplah hati, tapi jika cinta yang ditutup di hati, yang akan berubah hanya airmata yang mengalir dari mata...."




oleh itu, sabarlah dengan kesakitan mencintai, sesungguhnya itulah lumrah mencintai... hanya dengan zikrullah (mengingati ALLAH), jiwa akan menjadi tenang... berserahlah pada jodoh kerana wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan sebaliknya.. 

ALLAH itu sweet kan?? Dia nak bagi "surprise" kat kita siapa jodoh kita.. so, tak payah berharap jodoh kita ada pada insan yang kita suka... :)


"wallahu'alam"
-Nurafiqah-